Ngawi || Gemparnews.id –
Suasana penuh khidmat dan kebersamaan menyelimuti Desa Selopuro, Kecamatan Pitu, Kabupaten Ngawi, saat warga menggelar tradisi tahunan Bersih Desa 2024. Acara yang digelar di balai desa ini menghadirkan pagelaran wayang kulit dengan dalang kondang desa, Ki Sumadi, yang menyuguhkan lakon penuh makna dan sarat filosofi Jawa.
Deretan gamelan ditabuh dengan ritme pelan namun menghentak, mengiringi suara dalang yang lantang dan penuh wibawa. Di sisi lain, jejeran tokoh wayang kulit tertata rapi, seakan menjadi simbol hubungan antara manusia dengan leluhur serta alam semesta. Warga berbondong-bondong hadir, dari anak-anak hingga orang tua, ikut menyaksikan rangkaian acara yang dianggap sakral ini.
Bersih Desa di Selopuro bukan sekadar hiburan rakyat, melainkan bentuk ungkapan syukur masyarakat kepada Tuhan Yang Maha Esa sekaligus penghormatan kepada para danyang desa atau seng baurekso (penjaga gaib desa dalam kepercayaan Jawa). Melalui acara ini, warga berharap mendapat keselamatan, kelancaran rezeki, serta terhindar dari segala mara bahaya.
Kepala Desa Selopuro, Sunarno, dalam sambutannya menegaskan bahwa pemerintah desa bersama masyarakat berkomitmen untuk menjaga dan melestarikan tradisi luhur ini. Baginya, penghormatan kepada leluhur adalah bagian penting dalam kehidupan masyarakat Jawa.
“Tradisi Bersih Desa ini adalah warisan dari nenek moyang kita. Selain sebagai wujud syukur atas rezeki dan keselamatan, ini juga menjadi sarana kita untuk menghormati para leluhur, para danyang atau seng baurekso desa yang telah menjaga tanah kelahiran kita. Selama saya memimpin, saya berjanji kegiatan ini akan terus kita laksanakan dan kita rawat bersama,” tegas Sunarno di hadapan warga.
Pernyataan tersebut disambut hangat masyarakat. Banyak warga merasa bangga karena tradisi ini tetap hidup di tengah arus modernisasi yang semakin deras. “Acara seperti ini membuat kami merasa dekat dengan budaya sendiri. Anak-anak juga bisa belajar tentang wayang, tentang gamelan, dan nilai-nilai luhur yang diajarkan leluhur kita,” ujar salah satu tokoh masyarakat.
Ki Sumadi, sang dalang, juga menyampaikan pesan moral melalui lakon yang dibawakannya. Ia menekankan pentingnya gotong royong, menjaga persatuan, serta menghormati alam dan leluhur. Dengan bahasa Jawa yang kental, ia berhasil menghidupkan suasana sekaligus menyampaikan ajaran bijak kepada para penonton.
Selain pagelaran wayang kulit, tradisi Bersih Desa juga diwarnai dengan doa bersama, tumpengan, serta makan bersama seluruh warga. Hal ini menjadi simbol persatuan dan kebersamaan dalam membangun desa.
Bersih Desa Selopuro tahun 2024 ini menegaskan bahwa masyarakat tidak hanya fokus pada pembangunan fisik semata, tetapi juga menjaga pembangunan spiritual dan budaya. Dengan semangat gotong royong dan penghormatan kepada leluhur, Desa Selopuro optimis mampu menjadi desa yang maju tanpa meninggalkan akar budayanya.









